Sondag 20 Oktober 2013

conceptual learning, contekstual learning, cooperative learning and quantum leanrning



TUGAS BELAJAR PEMBELAJARAN

Nama : Estrisia Angu Bima (192012025/642012018)


I.   Konsep Pembelajaran

A.     Definisi Pembelajaran
Definisi pembelajaran adalah proses bagaimana siswa belajar untuk mengatur informasi dalam struktur mental logis sehingga dapat terjadinya perubahan tingkah laku dari pengalaman yang sudah didapatkan.
Konsep pembelajaran berfokus pada pembelajaran prinsip-prinsip pengaturan yang sangat dalam, dimana pikiran mengatur fakta-fakta menjadi ide.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian pembelajaran di antara ahli-ahli psikologi pendidikan berdasarkan pemahaman psikologi mereka masing-masing. Berikut adalah definisi pembelajaran menurut beberapa para ahli psikologi pendidikan:
a.    Robert M Gagne
Pembelajaran adalah perubahan atau kemampuan seseorang yang terjadi tidak disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang disebabkan pembelajaran diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku.
b.    Morgan dan King
Pembelajaran adalah perubahan atau kemampuan seseorang yang terjadi akibat pengalaman yang diperoleh oleh seseorang atau akibat latihan yang dijalaninya.
c.     Morris L. Bigge
Pembelajaran perubahan tingkah laku atau penyusunan tingkah laku yang yang terjadi dari hasil pengalaman dalam situasi yang tertentu.

B.      Jenis-jenis Pembelajaran

1.      Jenis Pembelajaran Bloom
Dari berbagai  pengertian diatas Pembelajaran bukan saja berlaku dari segi mental, malah ia boleh berlaku dari segi fisik, emosi dan juga sosial.
Menurut ahli psikologi pendidikan Amerika Serikat, Benyamin S. Bloom menyatakan bahwa pembelajaran manusia berlaku dalam 3 bidang yaitu:
a.   Pembelajaran kognitif adalah pembelajaran yang mencakup penggunaan mental (otak). Maka pembelajaran kognitif mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Contohnya: saat menyelesai soal fisika atau sains yang bertujuan untuk melatih mental (otak) kita.
Pembelajaran kognitif  memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
a.     Pengetahuan (knowledge)
b.     Pemahaman (comprehension)
c.     Penerapan (application)
d.     Analisis (analysis)
e.     Sintesis (syntesis)
b.   Pembelajaran Afektif adalah pembelajaran yang mengutamakan aspek sosial dan emosi atau yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Contohnya : Saat kita mulai belajar berinteraksi dengan orang lain sehingga kita dapat melatih emosi kita dengan baik saat berbicara dengan orang lain.
Pembelajaran afektif memiliki lima jenjang, yaitu:
a.     Receiving atau attending ( menerima atau memperhatikan)
b.     Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
c.     Valuing (menilai atau menghargai)
d.     Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
e.     Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai)
c.   Pembelajaran Psikomotor adalah pembelajaran yang mengutamakan aspek fisik dan melibatkan saraf dan anggota badan kita atau yang berkaitan dengan keterampilan (skill) .
Contoh : ketika kita mulai belajar menulis, menjahit, dan menggambar.

2.      Jenis Pembelajaran Gagne

a.   Kemampuan Intelektual adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemampuan intelektual terbagi menjadi empat subkemampuan, yaitu:
a.      Diskriminasi jamak, yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan benda yang dilihatnya.
b.      Konsep.
c.      Kaidah, yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih sehingga dapat memahami pengertiannya.
d.      Prinsip.
b.   Strategi Kognitif adalah suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.
c.   Informasi Verbal adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. 
d.   Keterampilan Motorik (skill) adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
e.   Sikap (attitude) adalah kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.


II. Pembelajaran Kontekstual

A.     Definisi Pembelajaran Kontekstual

Definisi Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang materi pembelajarannya berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja sehingga siswa mampu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupannya sehari-hari.

Ada tujuh indikator (komponen utama) pembelajaran kontekstual:
1.    modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi -tujuan, pengarahan petunjuk,rambu-rambu).
2.    questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi).
3.    learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan).
4.    Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan) adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Oleh karena itu dalam kegiatan ini siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis dengan Bertanya atau questioning.
5.    constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep - aturan, analisis-sintesis) adalah siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal melalui proses interaksi sosial dan asimilasi-akomodasi.
6.    reflection (memeriksa kembali, rangkuman, tindak lanjut).
7.    authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas -usaha siswa).

B.     Model Pembelajaran yang Merupakan Aplikasi Pembelajaran Kontekstual

1.   Model Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran Langsung adalah cara guru mengajar atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajarinya selangkah demi selangkah kepada siswa.
Tujuan utama yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini adalah penguasaan pengetahuan prosedural. Contohnya: bagaimana cara guru mengajarkan kepada siswa mengukur panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal yang terkait dengan hukum kekekalan energi, dan menimbang benda dengan neraca Ohauss.

2.   Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah cara guru memfasilitasi siswa melalui percobaan atau penyelidikan dan kerjasama, selain itu guru juga harus merangsang siswa untuk menghasilkan kara dari hasil percobaan tersebut, seperti menyuruh siswa mempresentasikan hasil percobaan mereka.
Tujuan yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah keterampilan berfikir dan pemecahan masalah.  Contohnya: siswa mempresentasikan bagaimana cara menimbang benda dengan neraca ohauss sesuai dengan pengertiannya.

3.   Model Pembelajaran Koperatif
Model Pembelajaran Koperatif adalah cara belajar mandiri siswa dengan membentuk kelompok-kelompok belajar yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini adalah siswa dapat menguasai konsep-konsep yang sulit, yang melalui kelompok koperatif lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama.

C.     Strategi-strategi Pembelajaran Kontekstual menurut Blanchard (2001)
1.    Menekan pada pemecahan masalah.
2.    menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti di rumah, masyarakat dan pekerjaan.
3.    mengajar siswa dan memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri.
4.    mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda –beda.
5.    mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama.
6.    menerapkan penilaian autentik.

III.         Pembelajaran Kooperatif

A.     Definisi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.

B.     Empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:

1.   Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2.   Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
3.   Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
4.   Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

C.     Tiga model pembelajaran kooperatif umum

1.   Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga cocok bagi guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut.
Menurut Slavin STAD terdapat lima tahapan pada tipe ini yaitu:
a.      Presentasi kelas
b.      Kelompok
c.      Kuis (tes)
d.      Skor peningkatan individual
e.      Penghargaan kelompok

2.   Teams-Games-Tournaments (TGT)
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.
Model kooperatif TGT terdiri dari empat kegiatan yaitu:
a.      Persentase Kelas
b.      Tim
c.      Permainan
d.      Turnamen

3.   Metode Jigsaw
Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.
Persiapan Untuk Menggunakan Jigsaw adalah sebagai berikut:
a.      Bahan Ajar
b.      Jadwal Kegiatan
c.      Membaca
d.      Diskusi Kelompok Ahli
e.      Laporan Tim
f.       Test
g.      Penghargaan Tim

4.   Model Kooperatif Informal
Bagian dari struktur informal tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Diskusi kelompok spontan.
b.      Number Head Together (NHT) merupakan sebuah varian diskusi kelompok, ciri khasnya adalah hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa.
c.      Think-Pair-Share, dikembangkan oleh Frank Lyman (Universitas Maryland) pada saat guru mempresentasekan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk berpasangan di dalam tim mereka. Siswa diminta untuk think (memikirkan) sendiri jawaban pertanyaan itu, kemudian pair (berpasangan) dengan pasangan berdiskusi untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut. Akhirnya guru meminta siswa untuk share (berbagi) jawaban yang mereka sepakati itu kepada semua siswa di kelas.

Kelebihan pada model pembelajaran kooperatif ini adalah sebagai berikut:
a.      Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan/idenya.
b.      Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain.
c.      Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.
Sedangkan kekurangannya antara lain:
a.      Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok.
b.      Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung untuk  diatur kegiatan kelompok.
c.      Agak memakan waktu banyak.


IV.Pembelajaran Kuantum

A.     Definsi Pembelajaran Kuantum
Definisi Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu “quantum learning” dan Kata “quantum” berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. pembelajaran kuantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan pada perubahan interaksi antara siswa dan guru untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa.

B.     Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:12) adapun tujuan dari pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah sebagai berikut:
1.   Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
2.   Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.
3.   Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak.
4.   Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir.
5.   Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran.

Tujuan diatas, mengindikasikan bahwa pembelajaran kuantum mengharapkan perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas, materi pembelajaran yang menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan, serta mengefisienkan waktu pembelajaran.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran kuantum (quantum learning) menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki diantaranya:
1. Sikap positif
2.Motivasi
3. Keterampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri
5. Sukses

C.                 Sintaks Model Pembelajaran Kuantum (Quuantum Learning)
Sintaks (langkah model pembelajaran kuantum (quantum learning))  yang dikenal dengan sebutan  “TANDUR” adalah sebagai berikut :
1.   Tumbuhkan
Maksud dari tumbukan tersebut adalah menumbuhkan minat dan maanfaat kehidupan belajar pada siswa.
2.   Alami
Alami maksudnya bagaimana guru membagikan pengalaman umum yang sudah dialaminya dan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
3.   Namai
Sediakan konsep dan metode belajar atau strategi dan masukan pada siswa.
4.   Demonstrasikan
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil belajar mereka agar menunjukkan bahwa mereka tahu atau mengerti.
5.   Ulangi
Ajarilah kepada siswa cara untuk mempresentasikan materi yang baik dan benar jangan lupa untuk menegaskan kepada siswa bahwa mereka pasti bisa.
6.   Rayakan
Siswa membutuhkan pengakuan guru untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang sempurna.
terdapat beberapa bentuk perayaan menyenangkan yang biasa digunakan yaitu:
a.      Tepuk tangan
b.      Sorakan kata HORE!HORE!HORE
c.      Kejutan
d.      Catatan pribadi
Berdasarkann uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kesenangan peserta didik sangat diperhatikan baik dari cara memberikan penguatan ataupun dari bentuk variasi lingkungan belajar.

keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kauntum (quantum learning) yaitu sebagai berikut:
1.   Keunggulan
a.      Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
b.      Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
c.      Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.
d.      Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.

2.   kelemahan
a.      Membutuhkan pengalaman yang nyata.
b.      Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar.
c.      Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.

V.  Perbedaan dari keempat pembelajaran

 Perbedaan dari keempat pembelajaran adalah :

1.   Pembelajaran konsep lebih menekan pada keaktifan dan usaha siswa sendiri untuk belajar dari berbagai pengalaman dan mengatur informasi yang didapatkannya sehingga adanya pengertian dari dirinya sendiri untuk merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik.

2.   Pembelajaran kontekstual lebih bergantung pada materi pembelajaran sehingga siswa lebih membutuhkan pemusatan perhatian,motivasi, bimbingan yang lebih dari guru dan pembelajaran kelompok agar siswa dapat lebih mudah memahami apa yang dipelajarinya dan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

3.   Pembelajaran kooperatif lebih mengajarkan pada siswa cara bersosialisasi dan bekerjasama dengan baik selama proses pembelajaran dan harus diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

4.    Pembelajaran kuantum lebih menekan pada kondisi lingkungan belajar siswa sehingga guru lebih memperhatikan cara belajar yang dapat menyenangkan peserta didik, baik dari cara memberikan motivasi ataupun dari bentuk variasi lingkungan belajar.




VI.          Contoh Keempat pembelajaran

a.    Konsep pembelajaran
Ketika siswa diajarkan oleh guru tentang “gerak dalam bidang dua dimensi” dan “gerak pada ruang”, guru harusnya terlebih dahulu mengajarkan pada siswa bahwa benda yang bergerak tentunya mengalami perpindahan, mebutuhkan suatu bidang untuk berpindah dan arti dari perpindahan. Setelah itu barulah guru dapat membuat murid-muridnya mengatur pengertian atau konsep dasar yang sudah didapatkan siswa oleh guru untuk menjadi sebuah gagasan atau ide. Misalnya dengan cara guru dapat mengumpan siswa dengan sebuah pertanyaan “ dapatkah kalian memberi beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang gerak pada bidang dan gerak pada ruang?? ”  agar siswa mau menjawab dan berpikir kritis guru dapat memberikan poin tambahan bagi anak-anak yang memberikan jawaban. Dengan cara lain guru bisa memberikan contohnya terlebih dahulu agar memberikan gambaran pada siswa, misalnya guru memberikan contoh “ ketika kalian berjalan kaki dari rumah kesekolah maka kalian bergerak berpindah tempat dan menempuh lintasan lengkung pada suatu bidang yaitu tanah

b.    Pembelajaran kontekstual
Saat guru mengajari siswa tentang materi “ usaha dan energi ” guru harus memberikan penjelasan kepada siswa bahwa setiap hari saat kita melakukan aktifitas kita sangat membutuhkan usaha dan energi akan tetapi usaha dan energi dalam fisika mempunyai pengertian yang khas yaitu usaha hanya dapat dilakukan oleh gaya yang bekerja pada benda dan dapat menyebabkan benda itu berpindah. Setelah guru menjelaskan materi tersebut guru dapat memberikan contoh kepada anak muridnya dalam praktek kehidupannya, agar siswa dapat lebih memahami ilmu tersebut dalam penerapan kehidupannya sehari-hari. Misalnya guru memberikan contoh “ seorang anak yang mengerahkan gaya ototnya untuk mendorong mobil temannya yang sedang mogok, akan tetapi mobil tersebut tidak bergerak. Berarti dalam fisika anak tersebut tidak melakukan usaha karena mobil tersebut tidak berpindah tempat  sedangkan dalam kehidupan sehari-hari anak tersebut sedang melakukan usaha”    

c.     Pembelajaran kooperatif
Saat guru mengajari siswa tentang “ hukum archimedes “ akan tetapi siswa tersebut belum atau susah dalam memahami materi tersebut, guru dapat membagi siswa dalam sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan berbagai tingkat kemampuan setelah itu guru dapat memberikan sebuah praktikum kepada siswa dengan harapan anak murid tersebut dapat lebih memahami pemikiran yang disampaikan temannya kepadanya, dan mereka wajib mempresentasikan hasil diskusi tersebut, agar guru dapat mengetahui bahwa siswa tersebut sudah memahaminya.

d.    Pembelajaran kuantum
Saat guru akan mulai mengajar misalnya materi “ besaran fisika (pengukuran) “ , guru harus mengenal setiap tingkah laku muridnya terlebih dahulu agar guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang dapat meyenangkan siswa dan membangkitkan semangat siswa. Misalnya : “ setelah guru mengenal siswa guru dapat menyuru murid tersebut untuk mengukur berbagai macam benda dengan menggunakan alat ukur sederhana (mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup) setelah itu guru dapat menyuruh murid tersebut menghitung hasil pengukurannya dipapan tulis. Dengan demikian murid tidak lagi measa takut atau ragu-ragu untuk selalu aktif, karena murid tersebut sudah benar-benar mengenal sifat gurunya.





Daftar Pustaka

1.     http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html             ( diakses tanggal 26-09-2013 pukul 15.32)

( diakses tanggal 26-09-2013 pukul 15.06)




(diakses tanggal 26-09-2013 pukul 04.45 pm)
(diakses tanggal 11-10-2013 pukul 08:00pm)
( diakses tanggal 14-10-2013 pukul 9:41am)
( diakses tanggal 14-10-2013 pukul 9:41am)