TUGAS BELAJAR PEMBELAJARAN
Nama : Estrisia Angu Bima
(192012025/642012018)
I.
Konsep
Pembelajaran
A.
Definisi
Pembelajaran
Definisi pembelajaran adalah
proses bagaimana siswa belajar untuk mengatur informasi dalam struktur mental
logis sehingga dapat terjadinya perubahan tingkah laku dari pengalaman yang
sudah didapatkan.
Konsep pembelajaran berfokus pada
pembelajaran prinsip-prinsip pengaturan yang sangat dalam, dimana pikiran
mengatur fakta-fakta menjadi ide.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai
pengertian pembelajaran di antara ahli-ahli psikologi pendidikan
berdasarkan pemahaman psikologi mereka masing-masing. Berikut adalah definisi
pembelajaran menurut beberapa para ahli psikologi pendidikan:
a.
Robert
M Gagne
Pembelajaran adalah perubahan atau kemampuan
seseorang yang terjadi tidak disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang disebabkan
pembelajaran diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku.
b. Morgan dan King
Pembelajaran
adalah perubahan atau kemampuan seseorang yang terjadi akibat pengalaman yang
diperoleh oleh seseorang atau akibat latihan yang dijalaninya.
c. Morris L. Bigge
Pembelajaran perubahan tingkah laku atau
penyusunan tingkah laku yang yang terjadi dari hasil pengalaman dalam situasi
yang tertentu.
B. Jenis-jenis Pembelajaran
1. Jenis Pembelajaran Bloom
Dari
berbagai pengertian diatas Pembelajaran
bukan saja berlaku dari segi mental, malah ia boleh berlaku dari segi fisik,
emosi dan juga sosial.
Menurut
ahli psikologi pendidikan Amerika Serikat, Benyamin S. Bloom menyatakan bahwa
pembelajaran manusia berlaku dalam 3 bidang yaitu:
a.
Pembelajaran
kognitif adalah pembelajaran yang mencakup penggunaan mental
(otak). Maka pembelajaran kognitif mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Contohnya:
saat menyelesai soal fisika atau sains yang bertujuan untuk melatih mental
(otak) kita.
Pembelajaran kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
a.
Pengetahuan (knowledge)
b.
Pemahaman (comprehension)
c.
Penerapan (application)
d.
Analisis (analysis)
e.
Sintesis (syntesis)
b. Pembelajaran Afektif
adalah pembelajaran yang mengutamakan aspek sosial dan emosi atau yang
berkaitan dengan sikap dan nilai.
Contohnya : Saat kita mulai belajar
berinteraksi dengan orang lain sehingga kita dapat melatih emosi kita dengan
baik saat berbicara dengan orang lain.
Pembelajaran afektif memiliki lima jenjang, yaitu:
a.
Receiving atau attending ( menerima atau memperhatikan)
b.
Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya
partisipasi aktif”
c.
Valuing (menilai atau menghargai)
d.
Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
e.
Characterization by evalue or calue
complex (karakterisasi dengan suatu nilai)
c. Pembelajaran Psikomotor
adalah pembelajaran yang mengutamakan aspek fisik dan melibatkan saraf dan
anggota badan kita atau yang
berkaitan dengan keterampilan (skill) .
Contoh
: ketika kita mulai belajar menulis, menjahit, dan menggambar.
2. Jenis Pembelajaran Gagne
a.
Kemampuan Intelektual adalah
kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam
bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf,
angka, kata, dan gambar). Kategori kemampuan intelektual terbagi menjadi empat
subkemampuan, yaitu:
a.
Diskriminasi jamak, yaitu kemampuan
seseorang dalam mendeskripsikan benda yang dilihatnya.
b.
Konsep.
c.
Kaidah, yaitu kemampuan
seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih sehingga dapat memahami
pengertiannya.
d.
Prinsip.
b.
Strategi Kognitif adalah suatu cara
seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri, sehingga
ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.
c.
Informasi Verbal adalah pengetahuan
yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan
tertulis.
d.
Keterampilan Motorik (skill) adalah kemampuan seseorang dalam melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan
koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
e.
Sikap (attitude) adalah kemampuan seseorang yang sangat berperan
sekali dalam mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.
II. Pembelajaran
Kontekstual
A. Definisi
Pembelajaran Kontekstual
Definisi Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang materi pembelajarannya
berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja sehingga siswa mampu menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupannya sehari-hari.
Ada
tujuh indikator (komponen utama) pembelajaran kontekstual:
1. modeling (pemusatan perhatian,
motivasi, penyampaian kompetensi -tujuan, pengarahan petunjuk,rambu-rambu).
2. questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi).
3. learning
community (seluruh
siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on,
mencoba, mengerjakan).
4.
Inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan) adalah proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Oleh karena itu dalam kegiatan
ini siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis dengan Bertanya atau
questioning.
5.
constructivism (membangun
pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep - aturan, analisis-sintesis) adalah
siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal melalui proses interaksi sosial dan asimilasi-akomodasi.
6. reflection
(memeriksa
kembali, rangkuman, tindak lanjut).
7. authentic
assessment (penilaian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas
-usaha siswa).
B. Model Pembelajaran yang Merupakan Aplikasi Pembelajaran Kontekstual
1. Model
Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran Langsung adalah cara guru
mengajar atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang sudah
dipelajarinya selangkah demi selangkah kepada siswa.
Tujuan utama yang dapat dicapai melalui
model pembelajaran ini adalah penguasaan pengetahuan prosedural. Contohnya:
bagaimana cara guru mengajarkan kepada siswa mengukur
panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal yang terkait dengan hukum
kekekalan energi, dan menimbang benda dengan neraca Ohauss.
2. Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah cara guru
memfasilitasi siswa melalui percobaan atau penyelidikan dan kerjasama, selain
itu guru juga harus merangsang siswa untuk menghasilkan kara dari hasil
percobaan tersebut, seperti menyuruh siswa mempresentasikan hasil percobaan
mereka.
Tujuan
yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah keterampilan
berfikir dan pemecahan masalah. Contohnya: siswa mempresentasikan bagaimana
cara menimbang benda dengan neraca ohauss sesuai dengan pengertiannya.
3. Model
Pembelajaran Koperatif
Model Pembelajaran Koperatif adalah cara belajar
mandiri siswa dengan membentuk kelompok-kelompok belajar yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda-beda. Tujuan yang dapat dicapai melalui
model pembelajaran ini adalah siswa dapat menguasai konsep-konsep yang sulit,
yang melalui kelompok koperatif lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman
sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama.
C. Strategi-strategi Pembelajaran
Kontekstual menurut Blanchard (2001)
1. Menekan
pada pemecahan masalah.
2. menyadari
kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks
seperti di rumah, masyarakat dan pekerjaan.
3. mengajar
siswa dan memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga mereka
menjadi pembelajar yang mandiri.
4. mengaitkan
pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda –beda.
5. mendorong
siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama.
6. menerapkan
penilaian autentik.
III.
Pembelajaran
Kooperatif
A. Definisi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah cara
belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan
diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.
B.
Empat
tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran
kooperatif yaitu:
1. Forming (pembentukan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap
yang sesuai dengan norma.
2. Functioniong (pengaturan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam
menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
3. Formating (perumusan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam
terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir
yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang
diberikan.
4. Fermenting (penyerapan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum
pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan
mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
C. Tiga model pembelajaran kooperatif umum
1. Pembelajaran
Kooperatif dengan Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Pembelajaran
Kooperatif dengan Tipe STAD merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga cocok bagi guru yang
baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Ide utama di balik STAD adalah untuk
memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan
keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru. Apabila siswa menginginkan
tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim
dalam mempelajari bahan ajar tersebut.
Menurut Slavin STAD terdapat lima tahapan
pada tipe ini yaitu:
a.
Presentasi kelas
b.
Kelompok
c.
Kuis (tes)
d.
Skor peningkatan individual
e.
Penghargaan kelompok
2. Teams-Games-Tournaments
(TGT)
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama
seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor
perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen
itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam
kinerja akademik mereka yang lalu.
Model kooperatif TGT terdiri dari empat
kegiatan yaitu:
a.
Persentase Kelas
b.
Tim
c.
Permainan
d.
Turnamen
3.
Metode Jigsaw
Melalui
metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5
atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan
kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari
berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu
bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu
mengkaji bagian bahan tersebut.
Persiapan Untuk Menggunakan Jigsaw adalah sebagai
berikut:
a.
Bahan Ajar
b.
Jadwal Kegiatan
c.
Membaca
d.
Diskusi Kelompok
Ahli
e.
Laporan Tim
f.
Test
g.
Penghargaan Tim
4. Model
Kooperatif Informal
Bagian
dari struktur informal tersebut adalah sebagai berikut:
a. Diskusi
kelompok spontan.
b. Number
Head Together (NHT) merupakan sebuah varian diskusi kelompok, ciri khasnya
adalah hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi
tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa.
c. Think-Pair-Share,
dikembangkan oleh Frank Lyman (Universitas Maryland) pada saat guru
mempresentasekan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk berpasangan di dalam
tim mereka. Siswa diminta untuk think (memikirkan) sendiri jawaban
pertanyaan itu, kemudian pair (berpasangan) dengan pasangan berdiskusi
untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut. Akhirnya guru meminta siswa
untuk share (berbagi) jawaban yang mereka sepakati itu kepada semua
siswa di kelas.
Kelebihan
pada model pembelajaran kooperatif ini adalah sebagai berikut:
a.
Melatih siswa mengungkapkan atau
menyampaikan gagasan/idenya.
b.
Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau
gagasan orang lain.
c.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.
Sedangkan
kekurangannya antara lain:
a. Kadang
hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok.
b. Kendala
teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung
untuk diatur kegiatan kelompok.
c.
Agak memakan waktu banyak.
IV.Pembelajaran
Kuantum
A.
Definsi
Pembelajaran Kuantum
Definisi Pembelajaran kuantum merupakan
terjemahan dari bahasa asing yaitu “quantum learning” dan Kata
“quantum” berarti interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. pembelajaran kuantum dapat dikatakan
sebagai model pembelajaran yang menekankan pada perubahan interaksi antara
siswa dan guru untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada
tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa.
B. Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:12)
adapun tujuan dari pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
2. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.
3. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak.
4. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir.
5. Untuk
membantu mempercepat dalam pembelajaran.
Tujuan diatas, mengindikasikan bahwa pembelajaran kuantum mengharapkan
perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas,
materi pembelajaran yang menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak
kanan, serta mengefisienkan waktu pembelajaran.
Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran kuantum (quantum
learning) menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki diantaranya:
1. Sikap positif
2.Motivasi
3. Keterampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri
5. Sukses
C.
Sintaks
Model Pembelajaran Kuantum (Quuantum Learning)
Sintaks
(langkah model pembelajaran kuantum (quantum learning)) yang
dikenal dengan sebutan “TANDUR” adalah sebagai berikut :
1. Tumbuhkan
Maksud dari tumbukan tersebut adalah menumbuhkan minat
dan maanfaat kehidupan belajar pada siswa.
2. Alami
Alami maksudnya bagaimana guru membagikan pengalaman
umum yang sudah dialaminya dan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
3. Namai
Sediakan konsep dan metode belajar atau strategi dan
masukan pada siswa.
4. Demonstrasikan
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan
hasil belajar mereka agar menunjukkan bahwa mereka tahu atau mengerti.
5. Ulangi
Ajarilah kepada siswa cara untuk mempresentasikan
materi yang baik dan benar jangan lupa untuk menegaskan kepada siswa bahwa
mereka pasti bisa.
6. Rayakan
Siswa membutuhkan pengakuan guru untuk penyelesaian,
partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang sempurna.
terdapat beberapa bentuk perayaan menyenangkan yang
biasa digunakan yaitu:
a.
Tepuk tangan
b.
Sorakan kata HORE!HORE!HORE
c.
Kejutan
d.
Catatan pribadi
Berdasarkann uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kesenangan
peserta didik sangat diperhatikan baik dari cara memberikan penguatan ataupun
dari bentuk variasi lingkungan belajar.
keunggulan dan kelemahan dari
pembelajaran kauntum (quantum learning) yaitu sebagai berikut:
1. Keunggulan
a.
Pembelajaran
kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
b.
Pembelajaran
kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
c.
Pembelajaran
kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran.
d.
Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
2. kelemahan
a.
Membutuhkan pengalaman yang nyata.
b.
Waktu yang
cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar.
c.
Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.
V. Perbedaan dari keempat pembelajaran
Perbedaan dari keempat pembelajaran
adalah :
1. Pembelajaran
konsep lebih menekan pada keaktifan dan usaha siswa sendiri untuk belajar dari
berbagai pengalaman dan mengatur informasi yang didapatkannya sehingga adanya
pengertian dari dirinya sendiri untuk merubah tingkah lakunya menjadi lebih
baik.
2. Pembelajaran
kontekstual lebih bergantung pada materi pembelajaran sehingga siswa lebih
membutuhkan pemusatan perhatian,motivasi, bimbingan yang lebih dari guru dan
pembelajaran kelompok agar siswa dapat lebih mudah memahami apa yang
dipelajarinya dan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
3. Pembelajaran
kooperatif lebih mengajarkan pada siswa cara bersosialisasi dan bekerjasama
dengan baik selama proses pembelajaran dan harus diarahkan oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
4.
Pembelajaran kuantum lebih menekan pada kondisi
lingkungan belajar siswa sehingga guru lebih memperhatikan cara belajar yang
dapat menyenangkan peserta didik, baik dari cara memberikan motivasi ataupun
dari bentuk variasi lingkungan belajar.
VI.
Contoh
Keempat pembelajaran
a. Konsep pembelajaran
Ketika siswa diajarkan oleh guru tentang “gerak dalam bidang dua dimensi” dan “gerak pada ruang”, guru harusnya
terlebih dahulu mengajarkan pada siswa bahwa benda yang bergerak tentunya
mengalami perpindahan, mebutuhkan suatu bidang untuk berpindah dan arti dari
perpindahan. Setelah itu barulah guru dapat membuat murid-muridnya mengatur
pengertian atau konsep dasar yang sudah didapatkan siswa oleh guru untuk
menjadi sebuah gagasan atau ide. Misalnya dengan cara guru dapat mengumpan
siswa dengan sebuah pertanyaan “ dapatkah
kalian memberi beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang gerak pada
bidang dan gerak pada ruang?? ” agar
siswa mau menjawab dan berpikir kritis guru dapat memberikan poin tambahan bagi
anak-anak yang memberikan jawaban. Dengan cara lain guru bisa memberikan
contohnya terlebih dahulu agar memberikan gambaran pada siswa, misalnya guru
memberikan contoh “ ketika kalian
berjalan kaki dari rumah kesekolah maka kalian bergerak berpindah tempat dan
menempuh lintasan lengkung pada suatu bidang yaitu tanah ”
b. Pembelajaran kontekstual
Saat guru mengajari siswa tentang materi “ usaha dan energi ” guru harus memberikan
penjelasan kepada siswa bahwa setiap hari saat kita melakukan aktifitas kita
sangat membutuhkan usaha dan energi akan tetapi usaha dan energi dalam fisika
mempunyai pengertian yang khas yaitu usaha hanya dapat dilakukan oleh gaya yang
bekerja pada benda dan dapat menyebabkan benda itu berpindah. Setelah guru
menjelaskan materi tersebut guru dapat memberikan contoh kepada anak muridnya
dalam praktek kehidupannya, agar siswa dapat lebih memahami ilmu tersebut dalam
penerapan kehidupannya sehari-hari. Misalnya guru memberikan contoh “ seorang anak yang mengerahkan gaya ototnya
untuk mendorong mobil temannya yang sedang mogok, akan tetapi mobil tersebut
tidak bergerak. Berarti dalam fisika anak tersebut tidak melakukan usaha karena
mobil tersebut tidak berpindah tempat
sedangkan dalam kehidupan sehari-hari anak tersebut sedang melakukan
usaha”
c. Pembelajaran kooperatif
Saat guru mengajari siswa tentang “ hukum archimedes “ akan tetapi siswa
tersebut belum atau susah dalam memahami materi tersebut, guru dapat membagi
siswa dalam sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan berbagai
tingkat kemampuan setelah itu guru dapat memberikan sebuah praktikum kepada
siswa dengan harapan anak murid tersebut dapat lebih memahami pemikiran yang
disampaikan temannya kepadanya, dan mereka wajib mempresentasikan hasil diskusi
tersebut, agar guru dapat mengetahui bahwa siswa tersebut sudah memahaminya.
d. Pembelajaran kuantum
Saat guru akan mulai mengajar misalnya materi “ besaran fisika (pengukuran) “ , guru
harus mengenal setiap tingkah laku muridnya terlebih dahulu agar guru dapat
menerapkan metode pembelajaran yang dapat meyenangkan siswa dan membangkitkan
semangat siswa. Misalnya : “ setelah guru mengenal siswa guru dapat menyuru
murid tersebut untuk mengukur berbagai macam benda dengan menggunakan alat ukur
sederhana (mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup) setelah itu guru dapat
menyuruh murid tersebut menghitung hasil pengukurannya dipapan tulis. Dengan
demikian murid tidak lagi measa takut atau ragu-ragu untuk selalu aktif, karena
murid tersebut sudah benar-benar mengenal sifat gurunya.
Daftar Pustaka
1.
http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html ( diakses tanggal
26-09-2013 pukul 15.32)
( diakses tanggal 26-09-2013 pukul 15.06)
3.
http://dedinoviyanto.wordpress.com/my-papers/tentang-pendidikan/teori-belajar-robert-m-gagne/
(diakses tanggal 26-09-2013 pukul 15.31)
4.
http://saidangsaid.blogspot.com/2013/03/teori-belajar-gagne.html (diakses tanggal
26-09-2013 pukul 15.42)
5.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&sqi=2&ved=0CDAQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.moe.gov.my%2Fbpk%2Fbsk%2Fbpanduan%2Fkontekstual.pdf&ei=vgFEUrusO4jMrQfe1IGADg&usg=AFQjCNGp7CIp35s_fCnallhCRwT15kIFsw&cad=rja (
diakses tanggal 26-09-2013 pukul 16.44)
(diakses tanggal 26-09-2013 pukul 04.45 pm)
(diakses
tanggal 11-10-2013 pukul 08:00pm)
(
diakses tanggal 14-10-2013 pukul 9:41am)
( diakses tanggal 14-10-2013 pukul 9:41am)